ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS PERITONITIS
Disusun Oleh :
HINLUB
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
2006
2.3
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Peritonitis
2.3.1 Landasan Teori
1) Pengertian
(1) Peritonitis adalah inflamasi peritonium-lapisan
Membran
serosa rongga abdomen dan meliputi viresela. Biasanya, akibat dari infeksi bakteri: Organisme berasal dari penyakit
saluran gastrointestinal atau pada wanita dari organ reproduktif
internal.(Brunner & suddarth, 2002: 1103)
(2) Peritonitis adalah inflamasi rongga
peritoneal, dapat berupa primer atau sekunder akut atau kronis dan diakibatkan
oleh kontaminasi. (Marilyinn, Doengoes, dkk, 1979: 513)
2) Klasifikasi
(1) Peritonitis primer
Terjadi
biasanya pada anak-anak dengan syndroma nefritis atau sirosis hati lebih banyak
terdapat pada anak-anak perempuan dari pada laki-laki. Peritonitis terjadi
tanpa adanya sumber infeksi di rongga peritonium, kuman masuk ke rongga
peritonium melalui aliran darah atau pada pasien perempuan melalui saluran alat
genital.
(2) Peritonitis sekunder
Di sini
peritonitis terjadi bila kuman masuk ke rongga peritonium dalam jumlah
yang cukup banyak. Biasanya dari lumen
saluran cerna. Peritonium biasanya dapat masuknya bakteri melalui saluran getah
bening diafragma tetapi bila banyak kuman masuk secara terus-menerus akan
terjad peritonitis, apabila ada rangsangan kimiawi karena masuknya asam
lambung, makanan, tinja, Hb dan jaringan nekrotik atau bila imunitas menurun.
Biasanya terdapat campuran jenis kuman yang menyebabkan peritonitis, sering
kuman-kuman aerob dan anaerob, peritonitis juga sering terjadi bila ada sumber
intra peritoneal seperti appendixitis, divertikulitis, salpingitis,
kolesistitis, pangkreatitis, dan sebagainya.
Bila ada
trauma yang menyebabkan ruptur pada saluran cerna / perforasi setelah
endoskopi, kateterisasi. Biopsi atau polipektomi endoskopik, tidak jarang pula
setelah perforasi spontan pada tukak peptik atau peganasan saluran cerna,
tertelannya benda asing yang tajam juga dapat menyebabkan perforasi dan
peritonitis.
(3) Peritonitis karena pemasangan benda asing
ke dalam rongga peritoneon yang
menimbulkan peritonitis adalah :
-
Kateter
ventrikulo – peritoneal yang dipasang pada pengobatan hidro sefalus
-
Kateter
peritoneal – jugular untuk mengurangi asites
-
Continous
ambulatory peritoneal dialysis. (Soeparman S, 1990: 174)
3) Etiologi
(1) Masuknya bakteri ke dalam rongga
peritonium pada saluran makanan yang mengalami perforasi / dari luka penetrasi
eksternal
(2) Keluarnya enzim pangkreas, asam lambung/
empedu sebagai akibat cedera / perforasi usus
(3) Peritonitis steril ditemukan pada pasien
dengan SLE, demam mediterian familial selama timbulnya serangan penyakit
(4) Pemasangan benda asing ke dalam rongga
peritonium
4) Patofisiologi
Infeksi organisme
yang ada dalam colon, stafilococcus dan
streptococcus
¯
Invasi oleh
bakteri
¯
Keluarnya exudat
fibrosa, kantong-kantong anatiles
Bentuk antara
perlekatan fibrinosa
¯
Infeksi tersebar
luar pada permukaan peritonium
¯
Peritonitis umum
¯
Aktivitas
peristaltik berkurang
¯
Ilius paralitik
¯
Usus menjadi atoni
dan meregang, cairan dan elektrolit tulang dehidrasi shock, oliguria, gangguan
sirkulasi
¯
Perlekatan
terbentuk antara lekung usus yang meregang
¯
Gangguan
pergerakan usus
¯
Obstruksi
usus
5) Gejala Klinis
(1) Nyeri abdomen akut dan nyeri tekan
(2) Badan lemas
(3) Peristaltik dan suara usus menghilang
(4) Hipotensi
(5) Tachicardi
(6) Oligouria
(7) Nafas dangkal
(8) Leukositosis
(9) Terdapat dehidrasi. (Ahmad H. Asdie, 1995:
1612)
6) Pemeriksaan Diagnosis
(1) Protein / albumin serum
(2) Amilase serum
(3) Elektrolit serum
(4) JDL
(5) SDM
(6) GDA
(7) Kultur
(8) Pemeriksaan foto abdominal
(9) Foto dada. (Marilyinn Doengos, dkk, 1999:
514)
7) Prognosis
(1) Mortalitas tinggai antara 10-40%
(2) Prognosis lebih buruk untuk usia lanjut
dan bila peritonitis sudah berlangsung lebih dari 98 jam
(3) Lebih cepat diambil tindakan, lebih baik
prognosenya. (Soeparman S, 1990: 175)
8) Penatalaksanaan
(1) Infus darah plasma / whole blood dan
albumin, larutan ringer, dextrosa 5% Nacl fisiologis
(2) Kortikosteroid misal metil prednison 30
mg/kgBB/hari
(3) Bila hipoxia, berikan O2
(4) Bila terjadi ilius paralitik, perlu
dipasang pipa NG tube untuk dekompensasi
(5) Analgesik dan obat sedatif jangan sering
diberikan kecuali bila diagnosis sudah ditegakkan
(6) Antibiotik dengan spektrum luas
Misal : aminoglikosid (dosis
awal tinggi) setelah itu disesuaikan menurut fungsi ginjal klimdamisin dan
metronidazol (tidak perlu penyesuaian dosis bila ada gagal ginjal)
(7) Pembedahan setelah keadaan pasien stabil
dan renjatan dapat diatasi. (Soeparman S. 1990: 175)
9) Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
(1) Biodata
Terjadi pada
pasien dengan syndrome nefrotik atau sirosis hepatis, lebih banyak terdapat
pada perempuan dari pada laki-laki
(2) Keluhan Utama
Nyeri tekan
pada perut
(3) Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri tekan
perut, lemas, terdapat dehidrasi dan tanda-tanda peritonitis seperti kejang
abdomen, bunyi usus menghilang / berkurang
(4) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya
riwayat appendixitis, devertikulitis, salpingitis, pangkreatitis, dan
sebagainya.
(5) Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah
anggota keluarga yang pernah menderita peritonitis
(6) ADL (Activity Daily Life)
Nutrisi : Nafsu makan menurun karena pasien mual /
muntah
Eliminasi : Ketidakmampuan defekasi dan flatus, diare
(kadang)
Istirahat : Terganggu karena nyeri
Aktivitas : Terganggu karena pasien lemas
Personal hygiene : Kemungkinan terjadi penurunan
kebersihan diri akibat penurunan aktivitas sebagai dampak dari kelemahan
(7) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah
Wajah : Pucat
Hidung : Nafas dangkal, takipnea
Mulut : Membran mukosa kering, lidah bengkak, cegukan
Abdomen : Terdapat nyeri tekan, kejang, bunyi usus
menghilang / berkurang
Ekstermitas : Akral dingin, turgor kulit menurun
(8) Pemeriksaan Penunjang
Protein / albumin serum : menurun karena perpindahan
cairan
Amilase protein : meningkat
Elektrolit serum : hipokalemia
SDL : SDP meningkat, kadang laebih dari 20.000
SDM : meningkat menunjukkan hemokonsentrasi
GDA : alkalosis
Kultur : Organisme penyebab mungkin terindentifikasi
dari darah, exudat darah
Pemeriksaan foto abdominal : dapat menyebabkan distensi usus / ileum bila perforasi viseral
sebagai etiologi, udara bebas ditemukan pada adomen
Foto dada : menyatakan peninggian diafragma. (Marilynnn
Doengoes,dkk, 1999: 514)
10) Kemungkinan Diagnosa Post Up Yang Timbul
(1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya
incontinuitas jaringan
(2) Perubahan eliminasi usus berhubungan
dengan manipulasi operasi, imobilitas, gangguan masukan nutrisi
(3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan status puasa, penghisap selang nasogastrik
(4) Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan risiko peningkatan kehilangan cairan melalui penghisap
lambung
(5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang perawatan di rumah dan perawatan tindak lanjut
11) Intervensi
(1) Dx. Kep. I
Tujuan
: Rasa nyaman dapat dipertahankan
Kriteria
hasil :
- Melaporkan tingkat rasa nyaman yang dapat ditoleransi
- Memperlihatkan lebih relaks
Intervensi :
- Pertahankan tirah baring dalam ruangan
yang tenang
R/ Tirah baring mengurangi penggunaan energi dan
membantu mengontrol nyeri
- Pantau lokasi, karakteristik dan
intensitas nyeri (skala 0-10)
R/ Sediakan informasi mengenai kebutuhan /
efektifitas intervensi
- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan
takikardi, hipertensi dan peningkatan pernafasan
R/ Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan
ketidaknyamanan
- Dorong penggunaan teknik relaksasi
misalnya latihan nafas dalam dan teknik distraksi
R/ Teknik relaksasi dan distraksi membantu
melonggarkan ketegangan syaraf yang
mempengaruhi rasa nyeri dan klien merasa nyaman
- Kolaborasi pemberian analgesik
R/ Mengurangi rasa nyeri memblok sinyal pada
tempat masuknya ke dalam medula spinalis dan memblok sebagian reflek medula
spinalis yang timbul akibat rangsangan
sakit
(2) Dx. Kep. II
Tujuan
: Eliminasi kembali normal
Kriteria
hasil :
- Pasien mengerti faktor-faktor penyebab
gangguan eliminasi
- Defekasi dengan feses lunak dan berbentuk
Intervensi :
- Kaji kebiasaan usus pra operasi dan
masukan nutrisi : jelaskan penyebab gangguan
R/ Klien dan keluarga kooperatif dalam
tindakan
- Auskultasi abdomen untuk mendengar
kembalinya bising usus setiap 8 jam
R/ Untuk mengetahui kemajuan fungsi normal
usus
- Observasi defekasi pertama pasca operasi,
kaji warna, konsistensi, jumlah dan frekuensi
R/ Mengetahui kemajuan fungsi normal usus
- Pertahankan agar area perianal bersih dan
kering
R/ Mencegah terjadinya infeksi
- Peragakan dan ajarkan irigasi ostomi serta
memasang aplikasinya bila ada
R/ Menambah pengetahuan klien dan keluarga
tentang perawatan ostomi dengan benar
(3) Dx. Kep. III
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria
hasil :
- Mempertahankan berat badan yang normal
- Mentoleransi diet tanpa rasa tak nyaman
Intervensi :
- Pantau masukan dan haluaran sampai adekuat
sesuai umur dan berat badan
R/ Membantu menciptakan rencana perawatan /
pilihan intervensi
- Timbang berat badan saat masuk dan secara
reguler
R/ Memantau status nutrisi dan efektivitas
intervensi
- Berikan makanan porsi sedikit tapi sering
R/ Membantu untuk memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan pemasukan
- Kolaborasi dengan dokter, ahli, gizi
R/ Menambahkan dalam menetapkan program nutrisi
spesifik untuk memenuhi kebutuhan individual pasien
(4) Dx. Kep. IV
Tujuan
: Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria
hasil :
- Menunjukkan tanda vital stabil
- Masukan dan haluaran seimbang
- Hidrasi adekuat yang dibuktikan oleh turgor kulit yang normal
Intervensi :
- Monitor intake dan output, membran mukosa,
turgor kulit dan Bj urine serta serum elektrolit
R/ Mengidentifikasi keseimbangan cairand an
elektrolit dalam tubuh dengan mengobservasi tanda-tanda kurang cairan, sehingga
gangguan kesembangan cairan dapat dihindari
- Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4
jam
R/ Perubahan suhu tubuh dan peningkatan nadi
merupakan salah satu tanda terjadi dehidrasi
- Berikan cairan parenteral sesuai dengan
petunjuk
R/ Mengganti kehilangan cairan yang telah didokumentasikan
(5) Dx. Kep. V
Tujuan
: Klien dan keluarga mengerti dan dapat menjelaskan tentang perawatan
Kriteria
hasil :
- Mengungkapkan pengertian tentang aturan
diet
- Memperagakan perawatan ostoi yang adekuat
- Mengexpresikan pengertian tentang
aktivitas yang diperbolehkan
Intervensi :
- Jelaskan pada klien dan keluarga tentang
perawatan ostomi
R/ Membantu mengidentifikasi kesalahpahaman
- Demonstrasikan penggantian balutan,
perawatan luka, teknik aseptik
R/ Menambah pengetahuan klien dan keluarga
tentang perawatan dengan benar
- Diskusikan aktivitas yang diperbolehkan, pentingnya istirahat dan
aktivitas ringan
R/ Dengan aktivitas yang berlebihan maka akan terjadi komplikasi
yang lebih parah
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002)Keperawatan
Medical Bedah, Edisi 8 Vol 2,EGC, Jakarta
Dongoes
Marilynn E. (1993), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Soeparman,
(1979), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 4, EGC, Jakarta.
2.3.2 Tinjauan Kasus pada Nn. M dengan
Peritonitis Generalisata
2.3.2.1 Pengkajian (Tanggal 05 Oktober 2004 pukul
09.00)
1) Biodata Klien
Nama : Nn.M,
umur : 18 tahun, jenis kelamin : Perempuan, agama : Islam, suku/bangsa :
Jawa/Indonesia, pendidikan : SMU, pekerjaan :- , penghasilan : -, alamat :
Pasapen, Suraabya, MRS tanggal 29 - 09 2004, No. CM : 10407631, Diagnosis masuk
: peritonitis generalisata.
2) Biodata Penanggungjawab
Nama : Ny.
N, umur : 40 tahun, jenis kelamin :
Perempuan, agama : Islam, suku/bangsa : Jawa/Indonesia, pendidikan : SMP
(tamat), pekerjaan : Ibu Rumah tangga, alamat : Pasapen Suraabya, hubungan
dengan klien : Ibu kandung
3) Keluhan Utama
Nyeri pada
seluruh daerah perut.
4) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien
mengatakan nyeri perut sejak dilakukan operasi, nyeri seperti tertusuk, nyeri
bertambah bila klien bergerak dan berkurang bila klien istirahat, skala nyeri 3.
5) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien
mengatakan pernah memgalami operasi apendik dan MRS di ruang Bedah G RSU Dr.
Soetomo Surabaya.
6) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien
mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit ssaluran
pencernaan.
7) Riwayat Psiko, Sosial dan Spiritual
Psiko : Klien mengatakan khawatir dengan kondisinya
saat ini dan berharap agar segera sembuh, klien sering menanyakan keadaannya
pada petugas.
Sosial : Klien mengatakan tingal serumah dengan kedua
orang tuanya, klien koopeatif dengan petugas.
Spiritual : Klien mengatakan beragama islam dan percaya
bahwa semua yang terjadi datangnya dari Allah, klien hanya berdo’aagar segera
sembuh.
8) ADL (Activity Daily Live)
(1) Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3x/hari, komposisi
nasi+lauk+sayur, porsi 1 piring sedang. Klien minum air putih ± 6-7 gelas/hari.
Selama sakit : Klien mengatakan makan 3x/hari, komposisi
bubur kasar+lauk, klien habis ± ½ porsi tiap kali makan, klien minum air
putih sedikit-sedikit tapi sering.
(2) Istirahat tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidur malam pk. 21.00 s/d
04.30 WIB. Klien tidur siang kadang-kadang.
Selama sakit : Klien mengatakan dapat tidur malam ± mulai pk.23.00 WIB dan klien sering terbangun karena ramai.
(3) Eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1x/hari dengan
konsistensi lembek, warna kuning tengguli dan BAK 3 – 4 x/hari dengan
konsistensi kuning jernih dan bau khas.
Selama sakit : Klien mengatakan BAB ± 3x/hari konsisitensi cair dan BAK ± 3x/hari warna kuning jernih dan bau khas.
(4) Aktivitas
Sebelum sakit : Klien mengatakan tiap hari pergi sekolah
setelah itu membantu ibunya dirumah.
Selama sakit : Klien mengatakan hanya berbaring diatas tempat
tidur dan kadang-kadang duduk atau kekamar mandi dengan kursi roda dibantu
keluarganya.
(5) Personal hygiene
Sebelum sakit : Klien mengatakan mandi 2x/hari pagi dan sore
dengan memakai sabun dan gosok gigi setiap mandi, keramas 2x seminggu dan ganti
baju 2 x/hari
Selama sakit : Klien mengatakan diseka keluarganya 2 x/hari
pagi dan sore hari dengan air hangat tanpa sabun.
9) Pemeriksaan
(1) Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Compos mentis, GCS : 4-5-6
TD : 120/80
mmHg, N : 100x/mnt, S : 38oC, RR : 20x/mnt
(2) Pemeriksaan Fisik
Kepala : Kulit kepala kotor
Wajah : Pucat
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih,
Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip, pernapasan spontan
Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi tidak caries.
Telinga : Bersih tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan tidak ada
pembendungan vena jugularis
Thorax
Inspeksi : Bentuk dada simetris bulat datar.
Palpasi : Ictus cordis teraba
pada ICS ke-5 midklavikula kiri ± 1 cm, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Sonor pada kedua
lapang paru dan redup pada jantung
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, suara jantung S1S2
lupdup.
Abdomen :
Inspeksi : Perut distended,
terdapat luka insisi pada perut kanan bawah ± 10 cm, keluar pus bercampur darah.
Palpasi : Nyeri tekan pada
seluruh bagian perut, hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Tympani
Auskultasi : BU 8 x/mnt
Ekstremitas
Atas : Tangan kiri terpasang infus RL : D5 2:2 /hari, tangan kanan dapat
bergerak bebas, akral hangat.
Bawah : Pada kedua kaki dapat digerakkan dengan bebas, akral hangat, tidak
ada odem
(3) Pemeriksaan Penunjang (Tanggal 26 – 09 -
2004)
Hemoglobin 10,5 L = 13,4 – 17,7
g/dl
P
= 11,4 – 15,51 g/dl
Lekosit 10.500
/ ul 4.300 – 11.000
/ul
Hematokrit 31,8 38 – 42 %
MCV 78,5 80 - 99
MCH 25,9 27 - 31
MCHC 33,0 33 - 37
Trobosit 380.000 150.000 – 250.000 /UL
Eritrosit 4,05 4.33 – 5,05 juta/UL
LED 75 20 mm/jam
10) Terapi
-
Infus
RL : D5 2 : 2 per hari
-
Inj
Cefotaxim 3x1 gr
-
Inj
Becombion 3x1 amp
-
Inj
Renatal 3x1 amp
Surabaya, April1 2005
Yang Mengkaji,
Bambang
Irianto.S
NIM. 2001.08
2.3.2.2 ANALISA DATA
Nama : Nn. M No.
Reg. : 10407631
Umur : 18 tahun Ruang
: Bedah G
No
|
Pengelompokan Data
|
Etiologi
|
Problem
|
TTD
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1.
|
DS : Klien mengatakan nyeri pada seluruh bagian
perutnya sejak dilakukan operasi
DO : - Perut
distended
-
Terdapat
luka insisi pada perut kanan bawah ± 10 cm keluar pus bercampur darah
-
TD
: 120/80 mmHg, N : 100 x/mnt,
S : 38oC,
RR : 20 x/mnt
|
Proses inflamasi
|
Nyeri
|
|
2.
|
DS : Klien mengatakan khawatir dengan kondisinya
saat ini dan berharap agar segera sembuh
DO : - Klien
sering menanyakan keadaannya pada petugas
- TD : 120/80 mmHg, N : 100 x/mnt,
|
Kurang pengetahuan tentang proses
penyakit
|
Cemas
|
|
2.3.2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Nn. M No.
Reg. : 10407631
Umur : 18 tahun Ruang
: Bedah G
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tgl. Ditemukan
|
Tgl. Teratasi
|
Ttd
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1
|
Nyeri (kronik) b/d proses inflamasi yang ditandai dengan:
-
Klien
mengatakan nyeri perut pada seluruh bagian perutnya sejak dilakukan operasi
-
Perut
distended
-
Terdapat
luka insisi pada perut kanan bawah ± 10 cm keluar pus bercampur darah
-
TD
: 120/80 mmHg, N : 100 x/mnt,
-
S : 38oC, RR : 20 x/mnt
|
|
|
|
2
|
Cemas b/d kurang pengetahuan tentang
proses penyakit ditandai dengan :
-
Klien
mengatakan khawatir dengan kondisinya saat ini dan berharap agar segera
sembuh
-
Klien
sering menanyakan keadaannya pada petugas.
-
TD
: 120/80 mmHg, N : 100 x/mnt
|
|
|
|
2.3.2.4 INTERVENSI
Nama : Nn. M No.
Reg. : 10407631
Umur : 18 tahun Ruang :
Bedah G
No
|
Tanggal / Jam
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
TTD
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
1
2
|
|
Nyeri
(kronik) b/d proses inflamasi
Cemas
b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
|
Japen :
Setelah
dilakukan askep selama 1x24 jam diharapkan klien dapat beradaptasi dengan
nyeri dengan kriteria:
-
Klien
dapat mengetahui penyebab nyeri
-
Klien
dapat menjelaskan kembali penyebab nyeri
-
Klien
melakukan tehnik relaksasi
-
TD
: 100/70 – 130/90 mmHg,
-
N :
80 - 100 x/mnt
Japan :
Setelah dilakukan askep
selama 3x24 jam diharapkan nyeri teratasi
Japen :
Setelah
dilakukan askep selama 1x24 jam diharapkan klien mengerti proses
penyakit dengan kriteria:
-
Klien
mengetahui proses penyakit
-
Klien
dapat menjelaskan kembali tentang proses penyakit.
-
Klien
mengatakan cemas berkurang
-
TTV
dalam batas normal
Japan :
Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam
diharapkan cemas teratasi
|
1. Berikan penjelasan pada klien dan
keluarganya tentang penyebab nyeri
2. Kaji tingkat nyeri
3. ajarkan tehnik relaksasi
4. Observasi TTV tiap 3 jam
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat.
- Inj. Cefo 3 x 1 gr
6. Lakukan perawatan luka dengan prinsip
septik antiseptik
1. Berikan penjelasan pada klien dan
keluarga tentang proses penyakit
2. Anjurkan klien menceritakan perasaannya
pada orang yang dipercaya.
3. anjurkan keluarga untuk menjadi support
system bagi klien.
4. observasi TTV tiap 4 jam.
|
1. Peningkatan pengetahuan klien dan
keluarga meningkatkan kooperatif terhadap tindakan.
2. Mengetahui tingkat toleransi klien
terhadap nyeri
3. Relaksasi dapat mengurangi nyeri dengan
cara melemaskan otot-otot.
4. Peningkatan nadi terjadi akibat adanya
respon tubuh terhadap nyeri
5. Cefotaxim dapat meredakan proses
inflamasi sehingga nyeri bisa berkurang.
6. Mempercepat proses penyembuhan luka
1.
Peningkatan pengetahuan klien
dan keluarga yang adekuat meningkatkan kooperatif.
2. Pengungkapan perasaan klien dapat
mengurangi beban klien.
3. dukungan keluarga sangat menunjang bagi
kesembuhan klien
4. kecemasan yang berat dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan TTV
|
|
2.3.2.5 IMPLEMENTASI
Nama : Nn. M No.
Reg. : 10407631
Umur : 18 tahun Ruang
: Bedah G
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tanggal / jam
|
Implementasi
|
TTD
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
2
|
Nyeri (kronik) b/d proses inflamasi
Cemas b/d kurang pengetahuan tentang proses
penyakit.
|
21-8-2004
09.30
09.35
09.40
10.00
05-09-04
08.00
09.00
09.40
09.45
09.50
10.00
|
Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga
bahwa nyeri perut disebabkan karena proses infeksi dari luka insisi.
-
Klien
dapat menjelaskan kembali bahwa nyeri perut disebabkan oleh proses infeksi
dari luka insisi.
Mengkaji tingkat nyeri.
-
Klien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
-
Skala
nyeri 3
Mengajarkan cara bernafas dalam untuk
mengurangi nyeri
-
Klien
dapat melakukan tehnik relaksasi
-
Klien
mengatakan nyeri berkurang sedikit.
Observasi TTV
-
TD
: 120/80 mmHg, N : 100 x/mnt
-
t :
38 oC, RR : 20 x/mnt
Merawat luka
Memberikan injeksi cefotaxim 1 gr iv
Memberikan
penjelasan pada klien dan keluarga bahwa penyakit klien dapat sembuh secara
bertahap.
-
Klien
dapat menjelaskan kembali bahwa peyakit klien dapat sembuh secara bertahap.
-
Klien
mengatakan sudah mengerti
Menganjurkan klien menceritakan
perasaannya pada orang yang dipercaya.
-
Klien
mengatakan akan bercerita pada keluarganya atau bertanya pada petugas jika
ada apa-apa.
-
Klien
mengatakan perasaannya sedikit lega.
Menganjurkan keluarga untuk menjadi
support system bagi klien.
-
Keluarga
mengatakan akan mendukung klien sampai sembuh
Observasi TTV.
-
TD
: 120/80 mmHg, N : 100 x/mnt.
-
t :
38 oC, RR : 20 x/mnt
|
|
2.3.2.6 CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Nn. M No.
Reg. : 10407631
Umur : 18 tahun Ruang
: Bedah G
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tanggal / jam
|
Catatan Perkembangan
|
TTD
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
2
3
4
5
|
Nyeri (kronik) b/d proses inflamasi
Cemas b/d kurang pengetahuan tentang proses
penyakit .
Nyeri (kronik) b/d Proses Inflamasi
Cemas b/d kurang pengetahuan tentang proses
penyakit
Nyeri (kronik) b/d proses inflamasi
|
05-09-2004
12.30
05-09-2004
12.30
06-09-2004
12.30
06-09-2004
12.30
07-09-2004
12.30
|
S : - Klien
dapat menjelaskan kembali bahwa nyeri disebabkan karena infeksi luka insisi.
-
Klien
mengatakan nyeri berkurang sedikit.
O : - Luka
keluar pus bercampur darah.
-
Nyeri skala 3
-
TD
: 120/80 mmHg, N : 100 x/mnt.
-
t :
38 oC, RR : 20 x/mnt
-
Klien
dapat melakukan tehnik relaksasi
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Rencana dilanjutkan dengan :
-
Anjurkan
klien melakukan tehnik relaksasi.
-
Observasi
TTV
-
Berikan
antibiotik.
-
Lakukan
perawatan luka.
I : Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
E : Nyeri berkurang sedikit.
R : -
S : - Klien
dapat menjelaskan kembali bahwa penyakitnya akan sembuh.
-
Klien
mengatakan sedikit lega.
O : - TD :
120/80 mmHg, N : 100 x/mnt.
-
t : 38 oC, RR : 20 x/mnt
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Rencana dilanjutkan dengan :
-
Anjurkan
klien mengungkapkan perasaannya.
-
Anjurkan
keluarga menjadi support system bagi klien.
-
Observasi
TTV
I : Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
E : Masalah teratasi sebagian.
R : -
S : Klien mengatakan nyeri berkurang setelah dirawat luka dan
diinjeksi.
O : - Luka
basah, keluar pus bercampur darah.
-
TD
: 120/80 mmHg, N : 100 x/mnt.
-
t :
38 oC, RR : 20 x/mnt
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Rencana dilanjutkan dengan :
-
Observasi
TTV
-
Anjurkan
melakukan relaksasi.
-
Lakukan
rawat luka.
-
Berikan
obat sesuai indikasi.
I : Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
E : Nyeri berkurang.
R : -
S : Klien mengatakan sudah tidak khawatir lagi karena sudah diberi
penjelasan dan dirawat.
O : - Klien
kooperatif.
-
TD
: 120/80 mmHg, N : 100 x/mnt.
-
t :
38 oC, RR : 20 x/mnt
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Rencana dihentikan.
S : Klien mengatakan nyeri berkurang.
O : - Luka
basah, keluar pus.
-
TD
: 120/80 mmHg, N : 100 x/mnt.
-
t :
38 oC, RR : 20 x/mnt
A : Masalah tercapai sebagian
P : Rencana diteruskan dengan :
-
Observasi
TTV
-
Anjurkan
melakukan relaksasi.
-
Lakukan
rawat luka.
-
Berikan
injeksi sesuai indikasi.
I : Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
E : Nyeri berkurang.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar